Sebelum kurikulum 2013 diuji publik sekitar November 2012 dan diterapkan
mulai tahun ajaran baru 2013, terlebih dahulu dipaparkan draf perubahan kurikulum
tersebut ke Wakil Presiden RI Boediono. Pada Juni 2013 nanti
direncanakan sekolah yang ada di Indonesia sudah mulai menggunakan
kurikulum baru. Penataan kurikulum pendidikan ini adalah salah satu
target yang harus diselesaikan sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 di sektor pendidikan.
Perubahan kurikulum mulai dari sekolah dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), dan sekolah menengah
kejuruan (SMK) ini dilakukan untuk menjawab tantangan zaman yang terus
berubah agar anak-anak ini mampu bersaing di masa depan.
Kurikulum baru SD menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik
melalui penilaian berbasis test dan portofolio yang saling melengkapi.
"Siswa untuk mata pelajaran tahun depan sudah tidak lagi banyak
menghafal, tapi lebih banyak kurikulum berbasis sains," kata M Nuh.
Berikut adalah perubahan kurikulum pendidikan baru untuk tingkat SD.
Pelajaran berbasis tematik
Sebelumnya hanya pada kelas rendah saja pelaksanaan pembelajaran
tematik, dan kelas tinggi setiap mata pelajaran terkesan terpisah atau
berdiri sendiri. Untuk kurikulum baru, anak-anak SD
tidak lagi mempelajari masing-masing mata pelajaran secara terpisah.
Pembelajaran berbasis tematik integratif yang diterapkan pada tingkatan
pendidikan dasar ini menyuguhkan proses belajar berdasarkan tema untuk
kemudian dikombinasikan dengan mata pelajaran yang ada.
Hanya ada 6 mata pelajaran
Untuk tingkat SD, saat ini ada 10 mata pelajaran yang diajarkan, yaitu
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia,
Matematika, IPA, IPS, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan, serta Muatan lokal dan Pengembangan diri. Pada
kurikulum baru, mata pelajaran untuk anak SD yang semula berjumlah 10
mata pelajaran dipadatkan menjadi 6 mata pelajaran, yaitu Agama, PPKn, Matematika, Bahasa Indonesia, Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, serta Seni Budaya.
Pramuka menjadi ekskul wajib
Seperti diberitakan sebelumnya, khusus untuk Pramuka adalah mata pelajaran atau ekstra kurikuler wajib
dan itu diatur dalam undang-undang. Pramuka ini akan jadi ekskul wajib
untuk berbagai jenjang tidak hanya di SD. Nantinya akan juga akan
bekerjasama dengan Kemenpora.
Bahasa Inggris hanya sebagai kegiatan ekskul
Sebelumnya terjadi polemik mengenai bahasa Inggris di SD,
yaitu bahasa Inggris akan dihapus dari kurikulum SD. Rencana
penghapusan bahasa Inggris dari kurikulum SD ini didasari kekhawatiran
akan membebani siswa dan memprioritaskan terhadap penguasaan Bahasa
Indonesia. Ternyata untuk tingkat SD ini, di kurikulum baru 2013 Bahasa
Inggris termasuk dalam kegiatan ekstra kurikuler bersama dengan Palang
Merah Remaja (PMR), UKS, dan Pramuka.
Mapel IPA dan IPS diintegrasikan dengan 6 mapel lain
Empat mata pelajaran yang dulu berdiri sendiri, yaitu IPA, IPS, muatan
lokal, dan pengembangan diri, di kurikulum baru SD akan diintegrasikan
dengan enam mata pelajaran lainnya. Untuk mata pelajaran IPA
akan menjadi materi pembahasan pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika. Mata pelajaran IPS akan menjadi pembahasan materi pelajaran
Bahasa Indonesia dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Sedangkan mulok dan pengembangan diri itu kaitannya nanti dengan Seni
Budaya
Belajar di sekolah lebih lama
Ternyata pemadatan mata pelajaran dalam kurikulum baru ini justru membuat lama belajar anak di sekolah bertambah.
Metode baru pada kurikulum ini mengharuskan anak-anak untuk ikut aktif
dalam pembelajaran dan mengobservasi setiap tema yang menjadi bahasan.
Untuk kelas I-III yang awalnya belajar selama 26-28 jam dalam seminggu
bertambah menjadi 30-32 jam seminggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang
semula belajar selama 32 jam per minggu di sekolah bertambah menjadi 36
jam per minggu.
Itulah isi perubahan kurikulum baru yang akan diterapkan pada tahun
ajaran baru Juni 2013 untuk anak-anak SD. Sistem pembelajaran berbasis
tematik integratif ini telah dijalankan di banyak negara, seperti
Inggris, Jerman, Perancis, Finlandia, Skotlandia, Australia, Selandia
Baru, sebagian Amerika Serikat, Korea Selatan, Singapura, Hongkong, dan
Filipina. Penambahan jam belajar di
sekolah dianggap masih sesuai karena dibandingkan negara lain,
Indonesia terbilang masih singkat durasinya untuk anak usia 7-9 tahun.
Dengan pemadatan mata pelajaran dan pembelajaran berbasis tema ini,
anak-anak juga tidak akan lagi kerepotan membawa buku yang banyak dalam
tasnya.